Selasa, 01 Mei 2012

LAPORAN PENDAHULUAN CARCINOMA CERVIKS



  Definisi Penyakit
Ca cerviks adalah tunor ganas pada serviks yang paling sering dijumpai pada wanita usia 31-60 tahun, sebagian besar berjenis epidermoid (91%) dan adenokarsinoma (9%).

Pembagian Stadium
Klasifikasi yang digunakan adalah IFGO (international Federation of Gynecology and Obstetrics) yaitu:
a. Tingkat klinik O   : karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel: membrana basalis masih utuh.
b. Tingkat klinik I : pross trebatas pada serviks.
Ia            : membrana basalis sudah rusak dan sel tumor ganas sudah memasuki stroma, tetapi tidak melebihi 1 mm dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib.occ     : (Ib, occult = Ib yang tersembunyi), secara klinis tumor ini belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Ib            : secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan secara histologik terdapat invasi ke stroma.
c. Tingkat klinik II   : proses sudah keluar dari seviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding panggul.
                  IIa        : penyebaran ke vagina, parametrium masih bebas dari proses.
                  IIb        : penyebaran ke parametrium.
d. Tingkat klinik III  : penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul.
IIIa          : penyebaran ke vagina, proses di parametrium tidak menjadi persoalan, asal tidak sampai pada dinding panggul.
IIIb         : penyebaran ke parametrium sampai dinding panggul (tidak ditemukan daerah bebas antara tumor dan dinding panggul), atau proses pada tingkat klinik I dan II tetapi disertai gangguan fungsi ginjal.
e. Tingkat klinik IV  : tumor telah mencapai mukosa rektum atau kandung kencing atau telah terjadi metastasis ke luar panggul kecil atau ke tempat-tempat jauh.
IVa         : proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah sampai mukosa rektum atau kandung kencing.
                  IVb      :  telah trejadi penyebaran jauh.

4.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Anamnesa
b.      Pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum, foto thoraks, IV pielogram).
c.       Pemeriksaann laboratorium (dasar umum, faal ginjal, faal lever, faal hemostasis).
d.      Pemeriksaan khusus (PAP smear, schiller test, biopsi serviks, kolposkopi serviks).

5.      Diagnosa Keperawatan
a.       Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (kanker); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian.
b.      Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingta, kesalhan interpretasi informasi; tidak mnegenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.
c.       Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologik/emosional berlebihan.
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berhubungan denagn kanker; distres emosional, keletihan, kelemahan.
e.       Resiko perubahan pola seksual b/d kurang pengetahuan/keterampilan tentang respon alternatif pada transisi yang berhubungan denagn kesehatan; perubahan fungsi dan struktur tubuh, penyakit; sangat kelelahan; ketakutan dan ansietas.


6.      Rencana Intervensi dan Rasional
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Rencana Intervensi
Rasional
a.       Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (kanker); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian.

Tujuan: Pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas.
Kriteria hasil:
-       Pasien melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir.
-       Pasien tenang.
-       Pasien kooperatif dalam pengobatan.
-       Postur tubuh rileks.
-       Ekspresi wajah tenang.
-     Skala HARS: < 5
Kaji derajat ansietas.

Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.


Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.


Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10.



Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.


Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.

Perhatikan koping takefektif, mis. Interaksi social buruk, tidak berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.
Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.

Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.

Pasien dapat menggunakan mekansime pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Persaan bersalah, distress spiritual, gejala fisik atau kurang erawatan diri dapat menyebabkan pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan tepat.

Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat.

Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping.

Mengidentiifkasi masalah individu dam memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilam koping efektif.
b.      Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat, kesalhan interpretasi informasi; tidak mnegenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.

Tujuan: Pasien dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan.

Kriteria hasil:
-   Pasien memahami regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan.
-   Pasien kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan.
-   Pasien taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

Tentukan persepsi pasien tentang kondisi penyakit sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.

Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas.

Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang diharapkan. Bersikap jujur dengan pasien.


Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.



Identifikasi dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.

Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.

Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.

Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya.

Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas.

Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan.

Cemas berkelanjutan dapat terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi.


Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.


Peningkatan kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.

c.       Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologik/emosional berlebihan.

Kriteria evaluasi: mengungkapkan peningkatan energi, menunjukkan perbaikan kemmapuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang didinginkan.

Dsikusikan dnegan pasien kebutuhan akan aktifitas, buat jadwal perencanaan dnegan pasien dan identifikasi aktiftas yang menimbulkan kelelahan.

Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa diganggu.

Pantau nadi, RR, TD sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.

Diskuiskan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dsb.


Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dnegan yang dapat ditoleransi.
Pendidikan dapat memberikan motivasi meningkatkan tingakt aktfiiftas meskipun paisen sangat lemah.


Mencegah kelelahan yang berlebihan.


Mengindiksikan tingkat aktififtas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

Pasien akan melakukan lebih banyak kegiatan dnegan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan .

Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingakt aktifitas yang dapat ditoleransi pasien.

d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berhubungan denagn kanker; distres emosional, keletihan, kelemahan.

Tujuan : pasien menunjukkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dan peningkatan status energi metabolik.
Kriteria evaluasi: Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, mendemonstrasikan BB stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya/yang diinginkan dengan nilai lab normal.

Mandiri:
Timbang BB tiap hari.


Tentukan program diet dan pola makan pasien.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntah.

Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.

Libatkan keluarga dan pasien dalam perencanaan makan.

Observasi tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan).

Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan gula darah.


Konsultasi dengan ahli diet.

Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).

Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas lambung.

Meningkatkan intake makanan dan sebagai perencanaan makanan untuk persiapan pulang.

Meningaktkan rasa keterlibatan, memebrikan informasi pada keluarga untuk memehami kebutuhan nutrisi pasien.
Indikator adanya perubahan dalam metabolime karbohidrat.





Analisa gula darah lebih akurat dilakuakn tiap hari untuk mengontrol adanya perubahan.

Menentukan kebutuhan energi dan jenis asupan nutrisi bagi pasien.
e.       Resiko perubahan pola seksual b/d kurang pengetahuan/keterampilan tentang respon alternatif pada transisi yang berhubungan denagn kesehatan; perubahan fungsi dan struktur tubuh, penyakit; sangat kelelahan; ketakutan dan ansietas.

Tujuan: Pasien mengungkapkan pemahaman tentang efek kanker dan aturan pengobatan pada seksualitas dan tindakan untuk memperbaiki/menghadapi masalah.
Kriteria hasil: pasien akan mempertahankan aktifitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila mungkin.

Diskusikan dengan pasien dan orang terdekat sifat seksualitas dan reaksi bila ini berubah atau terancam. Berikan informasi tentang normalitas masalah-masalah ini dan bahwa banyak orang menemukan bantuan untuk proses adaptasi.

Anjurkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker yang diresepkan yang diketahui mempengaruhi seksulitas.

Berikan waktu tersendiri untuk pasien yang dirawat. Ketuk pintu dan dapatkan ijin dari pasien/orang terdekat sebelum masuk.
Pengakuan legitimasi tentang masalah. Seksualitas cara pria dan wanita memandang mereka sendiri sebagai indivdu dan bagaimana menyampaikan antar mereka dan di antara setiap area kehidupan.



Pedoman antisipasi dapat emmbantu pasien dan orang terdekat mulai proses adaptasi pada keadaan baru.


Kebutuhan seksualitas tidak berakhir karena pasien dirawat. Kebutuhan keintiman berlanjut dan sikap terbuka dan menerima untuk ekspresi kebutuhan ini adalah penting.


7.      Buku Acuan

a. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
b. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
c. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
d. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
e. Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
f. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
g. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.


Jumat, 02 September 2011

ORANG DENGAN FENOTIPE TIPE TINGGI CK (CREATININ KINASE) MUNGKIN MEMILIKI RESIKO PERDARAHAN LEBIH BESAR

Para peneliti dari Belanda telah mengeluarkan sebuah hipotesis yang sangat menggoda di European Society of Hypertension (ESH) European Meeting pada Hypertension 2011. Dimana, kalau kelelahan memiliki konsekuensi yang jauh melampaui the world of hypertension. Mereka melaporkan bahwa pasien yang memiliki enzim kreatinin kinase (CK) tingkat tinggi secara alami -yang sudah diketahui memiliki risiko lebih tinggi hipertensi dibandingkan dengan tingkat yang lebih rendah CK-tampaknya telah dilemahkan agregasi platelet, yang dapat menunjukkan mereka berada di risiko perdarahan lebih tinggi saat mengambil antikoagulan seperti clopidogrel.

Dr Lizzy M Brewster
Sekitar 50% dari orang kulit hitam dan 25% kulit putih memiliki CK tinggi, fenotipe rawan hipertensi , Dr Lizzy M Brewster (Akademik Medical Center, Amsterdam, Belanda) mengatakan pada akhir pertemuan bahwa "Kami ingin tahu apakah serum yang tinggi pada CK akan mempengaruhi agregasi platelet," jelasnya. "Kami menemukan, dengan meningkatnya konsentrasi CK sampai batas yang ditemukan di populasi umum, agregasi trombosit sebenarnya bisa benar-benar dihapuskan. Kami cukup terkejut menemukan ini, karena kami pikir, 'Jika ini efek yang kuat, mengapa tidak memiliki ada seorang pun melihat ini sebelumnya?

Brewster dan rekan-rekannya kemudian melanjutkan untuk melakukan pencarian literatur sistematis, sampai Juni 2011, dan diidentifikasi lebih dari 5000 makalah di mana risiko perdarahan dibandingkan antara kulit hitam dan putih, sebagai indikator kasar untuk membandingkan tinggi CK- dengan fenotipe rendah . "Apa yang kami temukan adalah bahwa orang kulit hitam telah cukup berisiko tinggi untuk pendarahan. Sebagai contoh, pada pasien dengan ST-elevasi MI yang menjalani fibrinolisis, risiko relatif adalah 1,4. Kami juga menemukan bahwa perempuan kulit hitam memiliki risiko kematian empat kali lebih besar saat melahirkan karena pendarahan, tapi yang paling mengejutkan adalah temuan bahwa ketika clopidogrel digunakan di kulit hitam mereka memiliki risiko yang relatif lebih tinggi perdarahan, dari 3,3, ini cukup mengejutkan karena sebenarnya pemikiran ini sekelompok orang akan memiliki risiko lebih rendah karena mereka metabolisme lambat dari prodrug clopidogrel. "


Menarik, penemuan "Off-The-Wall" perlu dikonfirmasikan.


Giliran Dr Tony M Heagerty (University of Manchester, Inggris) yang menyebutkan bahwa berdasarkan temuan baru pada pasien hipertensi terdapat literatur yang menunjukkan adanya 'ketebalan' peningkatan viskositas darah meningkat,. Peningkatan tingkat sedimentasi eritrosit [ESR], fibrin meningkat tingkat, penurunan volume plasma dan di sini kita memiliki kemungkinan bahwa individu-individu tertentu [ fenotipe tinggi CK ] memiliki kecenderungan perdarahan lebih besar ketika mereka seharusnya kurang, sehingga sulit untuk diikuti. "

Brewster menunjukkan, bagaimanapun, resiko terkena hipertensi pada orang dengan kulit hitam lebih besar, tetapi risiko yang relatif lebih rendah untuk terjadi infark miokard," dan dia menyarankan bahwa tingkat yang tinggi CK di banyak dari orang-orang bisa memiliki "efek seperti clopidogrel, mengarah ke resiko perdarahan yang lebih besar .

Ini benar-benar "Off-The-Wall". Ini akan membuka banyak pertanyaan.
Meskipun ini akan menjadi pelindung dalam kondisi tertentu, mungkin juga berarti bahwa pasien dengan tinggi CK tidak boleh memakai clopidogrel, dia memperingatkan, meskipun dia mengakui bahwa lebih banyak data, termasuk percobaan prospektif, diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini. Jika hal ini ternyata menjadi efek yang nyata, akan memiliki banyak implikasi klinis yang penting, katanya.
Diminta untuk mengomentari temuan untuk heartwire, Dr. Peter Sleight (University of Oxford, UK) mengatakan: "Ini adalah presentasi yang sangat menarik, benar-benar "Off-The-Wall" itu akan membuka banyak pertanyaan dan sesuatu untuk menjadi. sadar. 

Jika temuan ini terbukti benar, uji CK sebelum memberikan antikoagulan.
Brewster tidak resmi banyak menyajikan data, melainkan dia berbicara melalui temuan dari platelet-agregasi studi dia dan rekan-rekannya dilakukan dan menyentuh secara singkat temuan dari pencarian literatur. Teori  menjelaskan hasil yang ditunjukkan dalam studi Karisma, di mana mereka dengan penyakit vaskular didirikan yang menerima terapi antiplatelet ganda (aspirin ditambah clopidogrel) melihat tidak ada manfaat dan bahkan mengalami pendarahan yang lebih besar dibandingkan mereka yang mengambil aspirin dan plasebo. Ada juga saran dari bahaya dalam subkelompok pasien Karisma, pencegahan primer atau "kelompok tanpa gejala."  
"Tinggi serum CK mungkin menipiskan agregasi trombosit dan mungkin-tentu saja, kita tidak yakin, kami tidak memiliki cukup data-tapi mungkin CK tinggi memberikan risiko rendah kejadian trombotik dan risiko perdarahan lebih tinggi. Intinya saya ingin membuat adalah, ketika CK dalam serum itu aktif maka akan 'menggerogoti', sehingga ADP tergantung agregasi platelet berkurang.    

Mungkin tingginya CK menunjukan risiko rendah kejadian trombotik dan risiko perdarahan lebih tinggi. Dalam sebuah wawancara dengan heartwire, Brewster berkata dalam studi mereka menggunakan tertile tertinggi CK pada populasi umum untuk menunjukkan "tinggi", yang diterjemahkan ke dalam apa pun di atas 150 IU. Dia menambahkan bahwa itu juga "cukup rumit," karena dapat meningkatkan CK eksponensial di lain waktu-misalnya, jika orang melakukan latihan berat, mereka dapat memiliki kadar CK di wilayah 3000-4000 IU, dia mencatat. "Ini adalah hubungan dosis-efek, dan itu biologis masuk akal, tapi kami sebenarnya cukup terkejut menemukannya," ia menegaskan.      
Dan meskipun pengaruh latihan sementara, pasien clopidogrel harus tahu bahwa jika mereka menempatkan diri mereka secara signifikan risiko pendarahan mereka lebih tinggi, ia memperingatkan. CK tingkat juga meningkat secara eksponensial, sekali lagi meskipun sementara, berikut MI dan stroke, ia mencatat. "Mereka semua situasi dengan CK serum yang tinggi, dan kami akan mempelajari sub-kelompok dan melihat apakah temuan kami memiliki relevansi klinis." Dia menekankan juga bahwa ini adalah sesuatu yang spesifik untuk tidak satu kelompok etnis tetapi untuk mereka dengan fenotipe CK tinggi.    
Brewster mengatakan bahwa jika hipotesis ini  keluar, "implikasi klinis akan bahwa CK harus secara rutin diuji pada pasien yang ditetapkan untuk menerima antikoagulan. Jika tinggi Anda perlu heran jika Anda akan memberikan clopidogrel karena orang-orang yang, sebenarnya, alami clopidogrel.   
CK bisa digunakan sebagai biomarker untuk sulit-untuk-mengobati hipertensi?  
Dr Inge Oudman
Analisis baru ini didasarkan pada 1444 subjek (503 diantaranya adalah kulit putih Eropa, Asia Selatan 292, 580 hitam, dan 69 lainnya). Subyek dengan diobati, hipertensi yang tidak terkontrol adalah dua kali lebih mungkin untuk memiliki tingkat CK dibandingkan dengan dikendalikan BP (rasio odds 2,2), independen usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, glukosa, atau etnis, katanya.  
"Fokus pada CK hipertensi mungkin memberikan petunjuk baru tentang bagaimana untuk meningkatkan perawatan untuk pasien dengan diobati, hipertensi yang tidak terkontrol." CK mungkin memiliki peran sebagai biomarker potensial untuk sulit-untuk-mengobati hipertensi, ia menyimpulkan.  
Brewster berkata: "Kami telah menemukan dalam sebuah populasi umum bahwa orang dengan tinggi CK, tanpa memandang etnis, biasanya akan menjadi orang yang memiliki BP tinggi, sehingga mereka mendapatkan diperlakukan lebih sering, tetapi pengobatan gagal lebih sering, jadi kami mencoba sekarang menggunakan dasar CK sebagai ukuran sulit-untuk-mengobati pasien hipertensi. 
"Jika dokter menyadari hal ini sebelumnya, mereka dapat, misalnya, mulai terapi kombinasi, karena Anda ingin mengurangi BP lebih cepat dan untuk tingkat yang lebih besar pada pasien ini."

Aterosklerosis dan Efek Buruknya


Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima.
LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas.
LDL  dapat  menyusup kedalam dinding pembuluh darah  dan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi.
Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat membentuk sel busa.
Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar.
Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah.
Karena pembuluh darah sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis.
Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan lengan serta tungkai.
Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung.
Sebagian besar hiperkolesterol tidak menimbulkan gejala, itu repotnya.. Kadar kolesterol yang tinggi menyebabkan aliran darah menjadi kental sehingga oksigen menjadi kurang, sehingga gejala yang timbul adalah gejala kurang oksigen seperti sakit kepala, pegal-pegal.
Oleh karenanya dianjurkan check up minimal 1 tahun sekali. . Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui hiperkolesterol sedini mungkin sehingga dapat mencegah penyakit yang diakibatkan.
Pembuluh darah yang terganggu paling sering menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Tapi, tidak hanya kedua penyakit mematikan tersebut, ternyata pembuluh darah yang terganggu juga dapat menyebabkan impotensi