LAPORAN PENDAHULUAN CARCINOMA CERVIKS
|
|
|
Definisi Penyakit
Ca cerviks adalah tunor ganas pada serviks yang paling
sering dijumpai pada wanita usia 31-60 tahun, sebagian besar berjenis
epidermoid (91%) dan adenokarsinoma (9%).
Pembagian Stadium
Klasifikasi yang digunakan adalah IFGO (international
Federation of Gynecology and Obstetrics) yaitu:
a. Tingkat klinik O : karsinoma
in situ atau karsinoma intraepitel: membrana basalis masih utuh.
b. Tingkat
klinik I : pross trebatas pada
serviks.
Ia : membrana basalis sudah rusak dan sel tumor ganas sudah
memasuki stroma, tetapi tidak melebihi 1 mm dan sel tumor tidak terdapat dalam
pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib.occ : (Ib, occult = Ib yang tersembunyi),
secara klinis tumor ini belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
histologik ternyata tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Ib : secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan
secara histologik terdapat invasi ke stroma.
c. Tingkat klinik II : proses
sudah keluar dari seviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke
parametrium tetapi tidak sampai ke dinding panggul.
IIa : penyebaran ke vagina, parametrium
masih bebas dari proses.
IIb : penyebaran ke parametrium.
d. Tingkat klinik III :
penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding
panggul.
IIIa : penyebaran ke vagina, proses di parametrium tidak menjadi
persoalan, asal tidak sampai pada dinding panggul.
IIIb : penyebaran ke parametrium sampai dinding panggul (tidak
ditemukan daerah bebas antara tumor dan dinding panggul), atau proses pada
tingkat klinik I dan II tetapi disertai gangguan fungsi ginjal.
e. Tingkat klinik IV : tumor
telah mencapai mukosa rektum atau kandung kencing atau telah terjadi metastasis
ke luar panggul kecil atau ke tempat-tempat jauh.
IVa : proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah sampai
mukosa rektum atau kandung kencing.
IVb :
telah trejadi penyebaran jauh.
4.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
(pemeriksaan umum, foto thoraks, IV pielogram).
c. Pemeriksaann laboratorium
(dasar umum, faal ginjal, faal lever, faal hemostasis).
d. Pemeriksaan khusus (PAP
smear, schiller test, biopsi serviks, kolposkopi serviks).
5.
Diagnosa Keperawatan
a. Ketakutan/ansietas b/d
krisis situasi (kanker); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran,
pola interaksi; ancaman kematian.
b. Defisit knowledge (kebutuhan
belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemajanan/mengingta, kesalhan interpretasi informasi; tidak mnegenal sumber
informasi; keterbatasan kognitif.
c. Kelemahan b/d penurunan
produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status
hipermetabolik); kebutuhan psikologik/emosional berlebihan.
d. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berhubungan denagn kanker;
distres emosional, keletihan, kelemahan.
e. Resiko perubahan pola
seksual b/d kurang pengetahuan/keterampilan tentang respon alternatif pada
transisi yang berhubungan denagn kesehatan; perubahan fungsi dan struktur
tubuh, penyakit; sangat kelelahan; ketakutan dan ansietas.
6.
Rencana Intervensi dan
Rasional
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria hasil
|
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
|
a.
Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (kanker);
ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi;
ancaman kematian.
|
Tujuan: Pasien dapat mendemonstrasikan
hilangnya ansietas.
Kriteria hasil:
-
Pasien melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan
cemas/khawatir.
-
Pasien tenang.
-
Pasien kooperatif dalam pengobatan.
-
Postur tubuh rileks.
-
Ekspresi wajah tenang.
- Skala HARS: < 5
|
Kaji
derajat ansietas.
Biarkan
pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang
tenang dan efisien. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.
Pertahankan
kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.
Waspada
pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, marah, tanda tidak tepat.
Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10.
Libatkan
orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.
Tingkatkan
rasa tenang dan lingkungan tenang.
Perhatikan
koping takefektif, mis. Interaksi social buruk, tidak berdaya, fungsi
menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.
|
Menentukan
intervensi keperawatan selanjutnya.
Pengekspresian
perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan
respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan
kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu
mengurangi ansietas.
Memberikan
keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan respek dan penerimaan
individu, mengembangkan kepercayaan.
Pasien
dapat menggunakan mekansime pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan
harapan dimana diagnosis tidak akurat. Persaan bersalah, distress spiritual,
gejala fisik atau kurang erawatan diri dapat menyebabkan pasien menjadi
menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan tepat.
Menjamin
system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna
tepat.
Memudahkan
istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping.
Mengidentiifkasi
masalah individu dam memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam
menggunakan keterampilam koping efektif.
|
|
b.
Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat, kesalhan
interpretasi informasi; tidak mnegenal sumber informasi; keterbatasan
kognitif.
|
Tujuan: Pasien dapat memenuhi
kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang
diberikan.
Kriteria hasil:
-
Pasien memahami regimen terapeutik dan perawatan yang
diberikan.
-
Pasien kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan
perawatan yang diberikan.
-
Pasien taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang
diberikan.
|
Tentukan
persepsi pasien tentang kondisi penyakit sekarang, tanyakan tentang pengalaman
pasien sendiri/sebelumnya.
Berikan
informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan
jelas.
Berikan
pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang
diharapkan. Bersikap jujur dengan pasien.
Lakukan
evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.
Identifikasi
dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan
jangan menolak perasaan marah, takut dll.
Orientasikan
klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila
mungkin.
Dorong
kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.
|
Memvalidasi
tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan
dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.
Membantu
penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu
menyerapnya.
Pasien
mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang
perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu
menghilangkan rasa takut dan ansietas.
Membantu
dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang
kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan.
Cemas
berkelanjutan dapat terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan
dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi.
Perkiraan
dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.
Peningkatan
kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.
|
|
c.
Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolik,
peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan
psikologik/emosional berlebihan.
|
Kriteria evaluasi:
mengungkapkan peningkatan energi, menunjukkan perbaikan kemmapuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas yang didinginkan.
|
Dsikusikan
dnegan pasien kebutuhan akan aktifitas, buat jadwal perencanaan dnegan pasien
dan identifikasi aktiftas yang menimbulkan kelelahan.
Berikan
aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa diganggu.
Pantau
nadi, RR, TD sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.
Diskuiskan
cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dsb.
Tingkatkan
partisipasi klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dnegan yang
dapat ditoleransi.
|
Pendidikan
dapat memberikan motivasi meningkatkan tingakt aktfiiftas meskipun paisen
sangat lemah.
Mencegah
kelelahan yang berlebihan.
Mengindiksikan
tingkat aktififtas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
Pasien
akan melakukan lebih banyak kegiatan dnegan penurunan kebutuhan akan energi
pada setiap kegiatan .
Meningkatkan
kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingakt aktifitas yang dapat
ditoleransi pasien.
|
|
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik
berhubungan denagn kanker; distres emosional, keletihan, kelemahan.
|
Tujuan : pasien menunjukkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi dan peningkatan status energi metabolik.
Kriteria evaluasi: Mencerna jumlah
kalori/nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya,
mendemonstrasikan BB stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya/yang
diinginkan dengan nilai lab normal.
|
Mandiri:
Timbang
BB tiap hari.
Tentukan
program diet dan pola makan pasien.
Auskultasi
bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntah.
Identifikasi
makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.
Libatkan
keluarga dan pasien dalam perencanaan makan.
Observasi
tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut
nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan).
Kolaborasi:
Lakukan
pemeriksaan gula darah.
Konsultasi
dengan ahli diet.
|
Mengkaji
pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
Mengidentifikasi
kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
Hiperglikemia
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas
lambung.
Meningkatkan
intake makanan dan sebagai perencanaan makanan untuk persiapan pulang.
Meningaktkan
rasa keterlibatan, memebrikan informasi pada keluarga untuk memehami
kebutuhan nutrisi pasien.
Indikator
adanya perubahan dalam metabolime karbohidrat.
Analisa
gula darah lebih akurat dilakuakn tiap hari untuk mengontrol adanya
perubahan.
Menentukan
kebutuhan energi dan jenis asupan nutrisi bagi pasien.
|
|
e.
Resiko perubahan pola seksual b/d kurang
pengetahuan/keterampilan tentang respon alternatif pada transisi yang
berhubungan denagn kesehatan; perubahan fungsi dan struktur tubuh, penyakit;
sangat kelelahan; ketakutan dan ansietas.
|
Tujuan: Pasien mengungkapkan
pemahaman tentang efek kanker dan aturan pengobatan pada seksualitas dan
tindakan untuk memperbaiki/menghadapi masalah.
Kriteria hasil: pasien akan
mempertahankan aktifitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila mungkin.
|
Diskusikan
dengan pasien dan orang terdekat sifat seksualitas dan reaksi bila ini
berubah atau terancam. Berikan informasi tentang normalitas masalah-masalah
ini dan bahwa banyak orang menemukan bantuan untuk proses adaptasi.
Anjurkan
pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker yang diresepkan yang
diketahui mempengaruhi seksulitas.
Berikan
waktu tersendiri untuk pasien yang dirawat. Ketuk pintu dan dapatkan ijin
dari pasien/orang terdekat sebelum masuk.
|
Pengakuan
legitimasi tentang masalah. Seksualitas cara pria dan wanita memandang mereka
sendiri sebagai indivdu dan bagaimana menyampaikan antar mereka dan di antara
setiap area kehidupan.
Pedoman
antisipasi dapat emmbantu pasien dan orang terdekat mulai proses adaptasi
pada keadaan baru.
Kebutuhan
seksualitas tidak berakhir karena pasien dirawat. Kebutuhan keintiman
berlanjut dan sikap terbuka dan menerima untuk ekspresi kebutuhan ini adalah
penting.
|
7.
Buku Acuan
a. Barbara C.
Long (1996), Perawatan Medikal Bedah:
Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
b. Barbara
Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
c. Marylin E.
Doenges (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
d. Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri
Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
e. Hacker
Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi
Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
f. Marylin E.
Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
g. Hanifa
Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.